Selasa, 19 Agustus 2014

Antara Hujan dan Kita

Tak pernah aku mengerti, apa yang sebenarnya kurasakan. Mencoba selalu melupakan, tak menyebut namanya dalam setiap sujud malam keheningan, tapi mengapa tetap seperti semula.
Kuakui salah mencintai seseorang yang tidak meletakkan hatinya padaku. Bertubi-tubi harapan tersimpan darinya.

Telah berjanji pada diriku, tidak stalking lagi mengenai dirinya, yaah tapi semua kuingkari hanya untuk tahu bagaimana kabarnya di sana

Dia berbicara mengenai hujan?, kenapa harus hujan?, kenangan yang sempat menggerogoti rindu ini.

Sujud malamku menjadi tangis yang tak semestinya, meluapkan rasaku pada Sang Maha Cipta.

Tidak, aku sungguh tak berani menyebut nama itu lagi. Terlalu sakit.

Satu pertanyaan membuntutiku hingga kini.
Seperti apa perasaan dia yang sesungguhnya?
Terlalu berlebihankah aku?

Aku cemburu, saat dia berada dekat dengan yang lain.
Terkadang, aku menertawai diriku sendiri. Mempertahankan rasa yang bukan milikku.

Allah, tiada teman cerita selain diriMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar