Pahit bagaikan empedu
Perih bagai tersengat duri
Iri menguasai hati
Luka bagai makanan sehari-hari
Layaknya mawar
Indah tapi berduri
Layaknya cinta
Tapi menyakiti
Dia yang kupunya
Dia yang kuhormati
Memahat luka
Sekian rupa
Ucapannya bagai api
Membakar hati
Kusiram dengan air mata
Menghangatkan telaga jiwa
Tangannya bagi tanduk
Menggores luka
Tak hilang dan tak memudar
Bersama waktu yang kian menua
Kulihat temanku
Bersama bunda yang ia cinta
Peluk dan hangat
Menguasai keduanya
Kutundukkan pandanganku
Berlalu pergi tanpa kembali
Sakit melihat kebahagiaan
Yang terjalin cinta dan kasih
Entah mengapa
Mungkin hati sudah lama terluka
Hingga aku tak mengenal
Cinta dari bunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar