Sabtu, 24 Oktober 2015

Cinta itu Kebohongan

Ketika mulut sudah tak bisa berucap, bahkan mata pun tak bisa lagi berbicara. Apa yang akan dilakukan ?
Hanya menatap kekosongan tanpa arti. Permukaan ini terlalu normal, bingkisan yang terlalu indah.
Tak ada yang bisa aku lakukan selain tertawa. Mereka menerimaku, aku berada diantara mereka. Terlihat seperti bahagia.
Tidak, aku hanya ingin mereka tidak mengetahuinya. Bahwa aku rapuh. Masa lalu yang begitu hitam hingga aku terlalu buta untuk rasa sakit dan kecewa saat ini. Mereka mengkhianatiku, membohongiku. Lalu, kemana aku harus pergi ?
Kemana aku harus membawa hati dan kepercayaan ini ?

Aku kira aku cukup kuat, aku cukup tangguh. Aku percaya itu.
Tapi aku tetap rapuh saat malam. Aku layu saat sepi. Kehancuran dan kekecewaan masih berbekas hingga sekarang. Tangan mungil ini menyelamatkan kami, menjadi satu payung hingga saat ini.
Aku fikir, semua sudah berlalu. Tapi masih ada yang tertinggal. Bukan cinta, melainkan kebohongan dan pengkhianatan. ah, betapa bodohnya aku.

Masihkah aku harus mempertahankan cinta yang murni ini ?, yang tiada duanya jika di dunia ini.
Lalu aku harus bagaimana ?
Bungkam dalam seribu bahasa, hanya itu yang mampu aku lakukan.
Aku takut, aku terlalu takut mengungkap kebenaran. Aku terlalu letih untuk mendengar teriakan yang disertai caci maki setiap malamnya.
Aku terlalu bosan, terlelap dengan teman air mata yang hanya berhenti jika aku sudah pergi ke dunia mimpi yang kunantikan.