Sabtu, 22 Oktober 2016

Ketakutanku Tiada Henti

Malam terus saja berjalan, tidak peduli aku mematung tanpa gerak.
Dinginnya terus saja memburu, acuh tanpa peduli aku menggigil.
Mataku terus menatap kosong, melihat layar monitor dengan selembar kertas putih.
Aku sadar, aku telah lari dari diriku sendiri. Mengunci hati yang telah lama ku kosongi.

Aku takut..
Aku takut untuk berpuisi
Aku takut untuk menulis
Karena aku takut untuk menyadari, aku pernah hancur bersama tangis yang tak kunjung usai
Karena aku takut untuk menyadari, aku pernah mencoba pergi tanpa kembali

Aku mencoba untuk menghentikan jemariku
Biarkan ia tak menari untuk menangis
Aku mencoba untuk menutup mataku
Melihat sajak tentangmu, tentang kepergianmu

Kini, aku kembali seperti rindu yang datang dipertemukan
Mencoba melangkah tanpa kulihat lembaran lalu
Tapi ketakutanku terus saja mengejarku
Menarikku dan mengunciku dalam malam yang tak pernah pagi

Serang, 22 Oktober 2016/ 0:12 WIB

Rabu, 15 Juni 2016

The Old Wound

Sometimes your wings become weak Sometimes your soft voice is dissapear cause your tears.

The sky darken 

The stars aren't appear 

I can't show the expression 

Like the wind can't show theirselves

I wanna reach the beautiful moon

 But, something obscurely

 Fingers on my own are dancing on the paper stage

 Sing with many words 

Sing voiceless

I hear that the wind whispered on my ears Softly voice and lovely

 The weakness and the strength

 They can be your friends, even your enemy

Sorrounding by pain

 It will make your heart to be stone 

But, drip of water will crush the stone

*a good poem made by heart, with happiness or pain. Even both of them, they can be mix. Like water and blood.

Sabtu, 30 April 2016

Hingga Aku Tak Mampu Lagi

Bisingnya langit yang saat ini menurunkan hujan
Tak mampu mengusikku dari lamunan dirimu
Aku menyukaimu
Menyukai tawamu
Menyukai suaramu
Menyukai bagaimana kau bertingkah padaku

Renyah suaramu bagai rasa gurih yang tiada henti untuk kunikmati
Sinar mata cokelatmu bagai secangkir cappuccino yang menghangatkan
Kamu tau ?
Aku pun menyukai senyum manismu
Bibir tipismu menggodaku untuk terus tersenyum

Ah..
Membayangkanmu saja aku tak sanggup
Ingin aku melangkah lebih cepat
Berlari ke arahmu
Memelukmu Dan berkata
'Tetaplah bersamaku saat ini sampai akhir aku dapat melihatmu dengan mataku sendiri, mencium aromamu, dan merangkulmu. Hingga suatu saat, tanganku tak mampu lagi melingkar diantara pundak gagahmu, hingga aku tak mampu lagi menghirup aromamu, dan hingga aku tak mampu lagi membuka mataku untuk melihatmu"

-For, Syed Rehan Ahmad